Minggu, 27 Maret 2011

Kota Pintar sampai Teater Dapur


Jembatan Incheon sepanjang 21 kilometer merupakan jembatan kebangaan bangsa Korsel.

SUHU di bawah 10 derajat celsius langsung menggigit kulit begitu kami keluar dari pintu bandara menuju bus yang akan mengangkut kami menuju kota Seoul. Setelah memperkenalkan diri, pemandu kami langsung menceritakan tentang Incheon, yang merupakan kota jelmaan baru.
Incheon, tempat bandara internasional itu berada, kini menjadi kota ketiga terbesar di Korea Selatan. Sambil melintas, pemandu kami bertutur tentang banyak hal di kota yang nantinya menjadi salah satu kota futuristik di Korsel itu. Tentu tak lupa dia menunjukkan Jembatan Incheon yang memotong jarak tempuh dari kota internasional Songdo menjadi hanya 15 menit. Jembatan sepanjang lebih dari 21 kilometer itu juga menjadi kebanggaan karena merupakan jembatan kelima terpanjang di dunia. Masih ada jembatan-jembatan lain lagi yang menghubungkan Incheon dengan daerah-daerah sekitar.
”Kita ke Seoul dulu, kita akan kembali lagi beberapa hari lagi sebelum pulang,” kata Eun Mi atau Mei. Belum-belum kami menjadi penasaran karena membayangkan akan melihat apa yang disebut sebagai smart city alias kota pintar.
Kepada kami sempat diperlihatkan gambaran smart city lewat tayangan tiga dimensi serta maket yang menggambarkan sebuah kota supercanggih yang akan dibangun di Incheon, melibatkan perusahaan-perusahaan multinasional. Pelabuhan, bandar udara, dan gedung-gedung yang nantinya akan dibangun di situ sangat berkesan futuristik. Proyek raksasa ini rupanya akan menjadi kebanggaan lain bangsa Korea di masa mendatang. Bagi orang asing, ini sangat menginspirasi.
”Drama dapur”
Pasti ada plus minus mengikuti jadwal yang sudah diatur pengundang, yang tak lain adalah Korea Tourism Organization. Dalam waktu singkat, kami bisa melihat, mengunjungi, dan mendapat pengalaman cukup bervariasi. Namun, jika ada program yang tak sreg di hati, apa boleh buat, suka atau tidak suka, dijalani saja.
Seperti ketika kami diarahkan untuk menyaksikan pertunjukan ”drama dapur” Nanta. Teater kecil berkapasitas sekitar 300 orang yang terletak di sebuah pusat bisnis di kota Seoul itu sama sekali tak mengesankan untuk ditengok. Meski berada di tengah kota, tempatnya agak menyempil. Bermacam perlengkapan dapur menghiasi gerbang masuk.
”Saya kok tak tertarik untuk nonton. Ngapain ya kita dibawa ke sini,” ucap seorang rekan wartawan ketika kami berjalan menuju tempat pertunjukan.
Rasa enggan rupanya dialami beberapa rekan lain. Namun, kami beruntung mendapat kesempatan ngobrol sekitar 15 menit dengan para pemain yang sore itu akan tampil. Mereka hanya berlima, terdiri dari empat pemain pria dan seorang wanita. Terkesan mereka begitu bangga dan merasa beruntung bisa bergabung di situ. ”Seleksinya sangat ketat. Setelah lolos, kami dilatih keras dan disiplin,” ucap salah seorang pemain.
Nanta artinya lebih kurang adalah melakukan serangan dengan sangat cepat. Pertunjukan dimulai dengan penampilan tiga pria berpakaian koki, lengkap dengan perlengkapan masak, plus sayur-mayur yang siap mereka olah. Sang manajer memberi waktu hanya satu jam buat mereka menyiapkan menu pesta perkawinan. Waktu yang demikian mepet masih harus ditambah lagi dengan persoalan lain, sang manajer minta supaya mereka tunduk pada keponakan yang baru saja bergabung.
Para koki yang sebal dengan kehadiran keponakan manajer itu sepakat mempermainkan dengan berbagai cara. Lempar-melempar sayur, buah, tepung, seketika terjadi di atas panggung. Kepiawaian memotong cepat di atas meja disertai bebunyian hiruk-pikuk dapur mewarnai pertunjukan awal.
Selingan dialog dalam bahasa Korea tidak menjadi penghalang bagi penonton asing untuk memahami jalan cerita. Pertunjukan nonverbal ini sangat mudah dipahami lewat gerak dan bahasa tubuh yang dibawakan dengan sangat komunikatif oleh para pemain. Paduan gerak, tari, dan musik yang sangat variatif membuat penonton tidak merasa jemu selama pertunjukan 90 menit itu berlangsung. Apalagi diselingi sisipan-sisipan mengejutkan di tengah pertunjukan. Penonton pun ada kalanya diajak berpartisipasi secara bersama-sama atau dipilih acak. Gelak tawa tak habis-habisnya disuarakan oleh penonton yang umumnya adalah orang dewasa.
”Drama dapur” ini ternyata sangat menarik untuk ditonton. Maka, tak heran bila Nanta yang mulai dipertontonkan tahun 1997 masih bertahan hingga saat ini. Bahkan, saat ini ada empat teater yang mempertunjukkan Nanta tiga kali sehari. Penyelenggara mengklaim, sejauh ini sudah lima juta orang menyaksikan Nanta. Sebanyak 80 persen di antara penonton, menurut catatan, adalah orang asing. Di luar itu, Nanta juga dibawa ke kota-kota besar seperti New York dan London, Edinburgh, serta beberapa kota lain di Eropa.
Makanya, kalau ditanya apa yang paling menarik di Korea, setiap orang pasti punya jawaban sendiri. Seperti disampaikan Direktur Korea Tourism Organization Charm Lee, ada begitu banyak pilihan yang bisa dilakukan di Korea.
Bagi penggemar santap, sangat banyak tempat makan yang bisa didatangi di sini. Siapa tak kenal kimchi? Semacam asinan dengan berbagai variasinya yang menjadi salah satu kekhasan makanan Korea. Buat masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di kota besar seperti Jakarta, rasanya nama-nama makanan Korea seperti bulgogi—daging sapi yang diiris tipis—atau bibimbap (semacam set rames) atau berjenis-jenis mi sudah tak asing lagi. Penggemar santap mempunyai banyak sekali pilihan makanan khas Korea. Dan, rasanya bagi orang Indonesia, makanan Korea lebih mudah diterima karena di sana-sini ada persinggungan rasa dengan beberapa jenis masakan yang kita kenal di Indonesia. Terlebih lagi bila bicara makanan pokoknya berupa nasi. Diganti-ganti dengan lauk apa pun, masih nyambung dengan kebiasaan makan kita.
Sementara buat para ”miss jinjing” atau penggemar belanja, Korsel bisa menjadi alternatif. Harga tentu saja relatif. Apalagi jika kita bicara dalam hitungan mata uang rupiah. Betapapun pusat-pusat belanja semacam Tanah Abang atau Mangga Dua tidak bisa menjadi pesaing dalam soal harga, namun selayang pandang, untuk pusat perbelanjaan sejenis, kualitas garapan yang halus dan berselera baik, barang-barang yang ditawarkan sangat menggoda untuk dibeli. (RET)

0 komentar:

Posting Komentar

Sorong Online